05 Februari 2009

ANJAL DI KOTA DENPASAR

Denpasar yang jadi tujuanku setiap hari pulang-pergi untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Tanpa terasa sudah 17000 km kendaraan roda dua ku menemani hari hari yang sangat melelahkan. Coba bayangkan untuk pulang-pergi setiap hari aku harus melewati sepanjang 45 km perjalanan. Yah... cukup penat juga berkendara sejauh itu, namun memang itulah kehidupan sehari-hari ku di dunia nyata (memangnya dunia bloger, dunia tidak nyata apa ?!? hantu kaleeeee...).


Banyak pemandangan yang bisa aku temui di sepanjang jalan antara Tabanan-Denpasar. Seperti yang saya tulis kemarin, banyak bangkai tikus yang dibuang sembarangan ke jalan raya oleh TUAN nya. Namun hari ini saya mendapati pemandangan lain di kota Denpasar.
Anjal !!!. Ya...anjal, Anak Jalanan. Kota Denpasar yang biasanya terliahat sepi dari anjal tetapi dalam beberapa hari ini saya dapati banyak anjal di lampu merah perempatan Ubung. Ada belasan anjal di semua jalur jalan di perempatan Ubung. Sepertinya mereka ada yng meng koordinir dalam penempatannya. Padahal di lihat dari umur mereka, berkisar antara 5-10 tahun yang semestinya masih dalam usia sekolah.


Dengan cekatan apabila lampu merah menyala mereka menyebrang di sela-sela mobil yang akan berhenti tanpa memperhatikan keselamatan dirinya serta kepentingan orang lain. Apabila ada temannya yang mendapat uang dari pengemudi mobil, teman-temannya yang lain akan segera menyerbu ke pengemudi mobil tersebut.


Memang di satu sisi kita dihadapkan pada rasa kemanusianan melihat anjal-anjal tersebut mencari rupiah demi rupiah di tengah kerasnya kehidupan kota Denpasar. Namun di sisi yang lain apabila kita memberi uang beberapa rupiah kepada mereka apakah bisa membantu kelak di kemudian hari ??. Pertanyaan ini yang selalu menjadi isi kepalaku apabila melihat para anjal dengan lincah meliuk-liukan tubuhnya di sela-sela mobil untuk memdapatkan beberapa rupiah.


Kalau kita memberi rupiah kepada mereka, itu sama dengan membuat mereka lebih senang dan lebih betah bermain-main di jalalan dari pada di sekolah. Padahal masa depan kita (pulau Bali khususnya) akan sangat berpengaruh kepada mereka. Coba bayangkan, apabila mereka lebih senang di jalan mereka akan berpotensi menjadi penyakit masyarakat di kemudian hari karena kalau kecil jadi anjal, kalau besar pasti akan menjadi preman. Itu masih dari sisi sosial. Dari sisi keselamatan penguna jalan, para anjal tersebut akan sangat besar potensinya menjadi sebab kecelakaan di jalan. Yang dirugikan selain para anjal itu sendiri, para penguna jalan akan terkena musibah. Apa itu ikut jatuh sewaktu terjadi kecelakaan (kalau mereka memakai kendaraan roda dua) atau urusan dengan pihak kepolisisan apabila yang mengalami kejadian kecelakaan itu mobil (tapi kalau mobilnya melarikan diri, ya tabrak lari namanya J).


Menurut ku yang lebih bijak lagi, jangan memberi mereka rupiah selama mereka ada di jalan. Salurkan saja rasa kemanusian anda pada lembaga-lembaga yang memang serius menagani mereka itu. Lebih baik rasa kedermawanan kita semua di kumpulkan memjadi satu selanjutnya diserahkan kepada pihak-pihak yang memang peduli dan konsisten membina mereka agar bisa mentas dari dunia bloger. Mentas dari dunia anjal maksudnya.


Ada banyak lembaga-lembaga yang peduli dengan mereka, aku tidak bisa menyebutkan satu persatu. Cari aja di mbah google lembaga yang peduli dengan anjal, pasti ketemu deh. Akhir kata semoga pikiranku yang sedikit ini bisa merubah paradigma kita terhadap anjal-anjal di kota Denpasar.


Sug’h Service.

3 komentar:

  1. halo pak, salam kenal ya, terimakasih telah mengunjungi blog saya, mari kita sama2 belajar, saya jg masih pemula ;-)

    happy blogging

    BalasHapus
  2. salam kenal. Thank's telah mampir. Emang gile, kalau kita lihat organisasi yang memeras dan memanfaatkan kemiskinan orang lain untuk kepentingan diri sendiri. Tapi yang agak disesalkan si miskin kadang tidak menyadari bahwa dia dimanfaatkan. Pembangunan mental yang salah akan mengakibatkan mental miskin, akibatnya ingin selalu meminta dari orang lain tanpa mau memberi, jadilah koruptor. Selanjutnya mereka akan memiskinkan orang lain, karena jatah si miskin diembat juga. So jadi lingkaran setan.

    BalasHapus
  3. @rochmat salim > memang pak, semua itu mbulet & ruwet seperti benang kusut. semua cari jalan pintas mo enak sendiri.
    Trim's sudi mampir di blog yang asal2an.

    BalasHapus